Senin, 28 November 2011

Poetry Hujan: Hujan, Obat Jiwa Ku

Perlahan ku intip aroma langit

Gelap, hanya itu yang kulihat

Aku takut ia tidak datang hari ini

Seperti kemarin, hujan tak hinggap di bumi ku

 

Senyap yang ku rasa

kini berubah menjadi gundah

aku sepi

kalut beribu bimbang

 

tetesan pertama

tetesan kedua

ribuan, jutaan, puluhan juta

dan akhirnya berubah menjadi tetesan tak terhingga

 

hujan memburu bersama gemuruh angin

sepi yang menggelora hilang seketika

kalut yang menggelayut musnah

bimbang yang menggerayang hilang

semua karena tetesan-tetesan hujan itu

 

riang, aku riang

ku berlari bersama anak-anak kecil itu

bermain sesuka jiwa

menyambut air mata langit yang membasuh duka ku

dan hujan ini obat luka bagi jiwa sunyi ku

 


Puisi ini diikutsertakan pada Kuis “Poetry Hujan” yang diselenggarakan oleh Bang Aswi dan Puteri Amirillis



(function(d, s, id) {
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s) ;
if

Baca selengkapnya...