Perlahan ku intip aroma langit
Gelap, hanya itu yang kulihat
Aku takut ia tidak datang hari ini
Seperti kemarin, hujan tak hinggap di bumi ku
Senyap yang ku rasa
kini berubah menjadi gundah
aku sepi
kalut beribu bimbang
tetesan pertama
tetesan kedua
ribuan, jutaan, puluhan juta
dan akhirnya berubah menjadi tetesan tak terhingga
hujan memburu bersama gemuruh angin
sepi yang menggelora hilang seketika
kalut yang menggelayut musnah
bimbang yang menggerayang hilang
semua karena tetesan-tetesan hujan itu
riang, aku riang
ku berlari bersama anak-anak kecil itu
bermain sesuka jiwa
menyambut air mata langit yang membasuh duka ku
dan hujan ini obat luka bagi jiwa sunyi ku
Puisi ini diikutsertakan pada Kuis “Poetry Hujan” yang diselenggarakan oleh Bang Aswi dan Puteri Amirillis
(function(d, s, id) {
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s) ;
if